Beranda | Artikel
Formulasi Kegiatan Dakwah Mahasiswa
Sabtu, 4 Maret 2017

Bismillah. Wa bihi nasta’iinu.

Mahasiswa adalah bagian penting dalam sebuah masyarakat. Mahasiswa adalah kalangan masyarakat yang tengah menempuh jenjang pendidikan di perguruan tinggi. Perguruan tinggi banyak tersebar di negeri kita dengan berbagai bentuk. Sejak pendidikan dengan jenjang S-1 hingga S-3 atau pendidikan yang setara dengan program Diploma.

Tidaklah diragukan bahwa mahasiswa memiliki keistimewaan dari banyak sisi. Diantaranya adalah usia mereka yang rata-rata masih muda dan memiliki daya pikir yang lebih tajam dan terbuka. Para mahasiswa memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar dan naluri untuk belajar dan meneliti yang bisa dipupuk dan dikembangkan. Karena itulah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan mutu generasi muda dan mahasiswa akan memberikan pengaruh positif yang signifikan dalam proses pembangunan sumber daya manusia dan kemajuan bangsa.

Membebankan pembinaan agama generasi muda dan mahasiswa hanya kepada lembaga pendidikan atau perguruan tinggi yang menampung mereka adalah tindakan yang tidak mudah. Sebab tidak dipungkiri bahwa banyak lembaga pendidikan dan perguruan tinggi yang masih memiliki kekurangan dari sisi sumber daya pengajar atau pun kurikulum pengajaran agama. Tentu saja maksud pembicaraan kita di sini adalah perguruan tinggi umum yang masih jauh dari nilai-nilai agama secara khusus yang mengikuti pemahaman salafus shalih.

Melihat kenyataan ini, dibutuhkan adanya kesadaran dari berbagai pihak untuk ikut serta memperbaiki keadaan generasi muda dan mahasiswa melalui berbagai bentuk kegiatan dakwah dan pembinaan agama baik secara formal maupun informal. Kegiatan-kegiatan dakwah dan pengajian untuk mahasiswa dan masyarakat umum harus terus digalakkan dan disebarluaskan. Dengan merujuk kepada al-Qur’an dan as-Sunnah serta mengikuti jalan para sahabat Nabi. Inilah jalan yang akan mengantarkan umat ini menuju kemuliaan dan kejayaan.

Munculnya berbagai majelis ilmu yang mendalami kitab para ulama yang merujuk kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih adalah fenomena yang patut untuk disyukuri dan terus dikembangkan di tengah masyarakat. Masjid-masjid haruslah merencanakan pembinaan bagi jama’ahnya terutama kaum generasi muda dan mahasiswa. Untuk itu dibutuhkan pemahaman yang benar terhadap akidah Islam dan metode dakwah yang benar. Oleh sebab itu para pengurus masjid memiliki peran yang strategis untuk mengembangkan masjid sebagai pusat pembinaan Islam. Dengan terlebih dahulu membekali diri dengan ilmu dan berusaha menerapkannya dalam diri dan keluarganya, kemudian mendakwahkannya di tengah umat.

Banyaknya gerakan menyimpang dan aliran sesat yang menyerbu pemikiran dan gaya hidup generasi muda menuntut kita untuk senantiasa waspada dan berupaya sebaik mungkin untuk mempelajari agama Islam dan mendakwahkannya kepada manusia. Hal ini tidak bisa dilakukan apabila para pengurus masjid dan tokoh masyarakat jauh dari majelis ilmu agama. Pengajian seolah hanya menjadi tradisi dan forum kumpul-kumpul bukan upaya untuk mendalami agama dan mengamalkannya. Hendaknya kaum muda dan mahasiswa pun menyadari peran mereka yang sangat besar dalam membentuk wajah masa depan bangsa ini.

Yang patut kita syukuri di masa kita sekarang ini adalah banyaknya sarana dan media untuk belajar Islam. Hal ini merupakan nikmat yang sangat agung dan wajib kita syukuri. Akan tetapi sarana-sarana ini akan menjadi senjata makan tuan dan bumerang apabila ternyata pemahaman yang diajarkan adalah pemahaman yang menyimpang. Dari sinilah dibutuhkan kesadaran dan upaya dari pihak-pihak yang berwenang untuk memahami kaidah-kaidah agama sehingga bisa menyaring informasi-informasi yang ada supaya tidak merusak dan meracuni pemahaman umat.

Fenomena pemahaman ekstrim dan terorisme adalah akibat dari penyebaran pemikiran sesat dan kurangnya ketahanan kaum muslimin dari pemahaman sesat dan menyimpang. Sehingga kita jumpai sebagian anak muda atau mahasiswa yang terjebak dalam kegiatan-kegiatan mereka dan ikut serta menghancurkan negerinya sendiri. Tidak sedikit pula generasi muda yang jauh dari agama dan tenggelam dalam budaya liberal sehingga tidak mempedulikan norma-norma agama. Hal ini seolah luput dari perhatian dan pengawasan keluarga-keluarga kaum muslimin. Sebab banyak diantara mereka yang hanya mengejar sukses dunia dan melalaikan pendidikan agama. Sampai-sampai urusan ibadah tidak lagi penting dalam pandangan mereka. Jadilah masalah agama dan ibadah sebagai urusan pribadi yang tidak boleh dicampuri dengan kedok hak asasi.

Ketika pembinaan mahasiswa dan generasi muda ini diremehkan atau dikesampingkan maka tidak heran apabila kebanyakan generasi muda dan mahasiswa menjadi sasaran empuk dan korban berbagai aliran sesat dan gaya hidup yang menyimpang. Apakah itu dari jurusan kerusakan akidah ataukah dari jurusan kerusakan akhlak. Apa lagi yang disukai oleh musuh-musuh agama ini selain rusaknya generasi muda dan hancurnya penerus estafet perjuangan umat Islam. Inilah yang siang malam digerakkan oleh Iblis dan bala tentaranya di muka bumi ini.

Tanggung jawab pembinaan ini tidak bisa lagi dibebankan hanya kepada para orang tua -walaupun mereka lah yang punya andil besar dalam hal ini- karena banyaknya kendala yang dijumpai apabila kita hendak mewujudkannya. Banyak orang tua yang benar-benar tidak paham soal agama. Sampai-sampai mereka pasrah seutuhnya kepada sekolah, guru agama, dan pondok pesantren demi pembinaan anak-anaknya. Dan yang lebih menyedihkan adalah ketika kaum muda dan mahasiswa tidak mendapatkan lingkungan yang baik serta tidak bergabung dalam program kegiatan dakwah yang benar maka semakin hari kondisinya semakin jauh dari agama.

Ancaman pemahaman Komunis bukan khayalan. Ancaman pemahaman Syi’ah bukan bualan. Ancaman pemahaman Liberal dan Sekuler pun bukan omong kosong. Ancaman paham Khawarij dan ekstrim sudah nyata di hadapan. Ancaman-ancaman ini hanya bisa diatasi dengan bekal ilmu dan pemahaman yang benar di samping dibutuhkan adanya dukungan dari pihak-pihak yang berwenang dan memiliki kekuasaan. Jelas harus ada kerjasama dan tekad bersama untuk menumpas pemahaman-pemahaman sesat dan menyimpang. Sebelum itu semua, dibutuhkan pelurusan persepsi dan pemahaman tentang Islam itu sendiri. Inilah tugas para da’i dan pengemban dakwah untuk menyebarluaskan akidah di tengah umat. Para mahasiswa dan generasi muda adalah ‘pasukan-pasukan pendukung’ yang potensial untuk menyebarluaskannya.

Penanaman akidah dan tauhid adalah prioritas dalam dakwah Islam. Inilah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita. Tauhid adalah pondasi agama dan syarat diterimanya seluruh amalan. Oleh sebab itu pembinaan masyarakat dan generasi muda tidak bisa dilepaskan dari pengajaran akidah yang murni dan lurus. Akidah yang jauh dari syirik dan penyimpangan penafsiran. Akidah yang bersih dari khurafat dan kebatilan.

Harus ada kerjasama yang baik antara pegiat dakwah di lapangan dengan para da’i guna menyusun program-program dakwah di tengah masyarakat dan generasi muda. Dibutuhkan pemahaman terhadap kondisi dan situasi yang meliputi mahasiswa dan anak muda. Tentu dibutuhkan sarana dan proses untuk melakukan perbaikan demi perbaikan. Hal ini harus terus dilakukan secara berkesinambungan dan terprogram dengan baik. Karena hari demi hari fitnah/kerusakan itu semakin besar dan semakin beraneka ragam. Upaya untuk memperbaiki program dan mengevaluasi kegiatan juga harus selalu dilakukan demi perbaikan dakwah ke depan.

Mudah-mudahan yang sedikit ini bermanfaat… Wallahu a’lam bish shawaab.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/formulasi-kegiatan-dakwah-mahasiswa/